Urban Jaket dan Streetwear: Review Bahan, Perawatan Kulit Sintetis, OOTD Jalanan
Saya mulai tertarik dengan gaya urban jacket sejak masa kuliah, ketika mall kecil di sudut kota jadi teater eksperimen outfit. Jaket-jaket dengan potongan asimetris, hood yang nyaris selalu siap, dan detail zippers yang nyaring rasanya bisa jadi bahasa astistik seseorang tanpa harus ribet berpakaian. Sekarang, tren streetwear pria sedang naik daun lagi: jaket urban tak sekadar pelindung dari angin malam, melainkan pernyataan. Ada something dalam kombinasi antara utilitarian vibe dan sentuhan fashion yang membuat kita ingin menata ulang lemari tiap akhir pekan. Dan ya, kadang saya harus menahan diri agar tidak belanja berlebihan. Tapi itulah hidup fashion: perpaduan antara rasa nyaman, fungsi, dan rasa ingin tampil beda setiap hari.
Apa yang Membuat Jaket Urban Tetap Relevan di Kota Besar?
Pada dasarnya, urban jacket adalah jawaban atas kebutuhan mobilitas tanpa kehilangan karakter. Bahannya cenderung fleksibel, potongan tidak kaku, dan warna netral seperti hitam, cokelat, atau olive bisa dipakai hampir di semua acara—dari meeting santai hingga hangout bareng teman. Yang menarik, tren streetwear sering menuntun kita untuk mencoba layer-layer sederhana: tee putih, hoodie, jaket bomber, dan sepatu sneakers yang sudah tua tapi tetap nyaman. Saya pribadi menikmati momen ketika satu jaket bisa jadi “kanvas” untuk berbagai kombinasi.
Selama beberapa bulan terakhir, saya lihat banyak brand lokal mulai mengusung tema fungsional dengan detail praktis: saku tersembunyi, bagian dalam berlapis fleece untuk cuaca lembap, atau finishing tahan air yang tidak mengubah kesan ringan jaket. Kuncinya, menurut saya, adalah keseimbangan antara estetika dan kenyamanan. Jika terlalu ‘armoury’, kita bisa kehilangan perasaan santai yang jadi inti streetwear. Dan jika terlalu minimalis, tidak ada keunikan yang bisa dikenang. Buat yang ingin cari referensi, saya kadang menelusuri koleksi dari berbagai label dan juga forum gaya jalanan untuk melihat bagaimana orang lain memadukan unsur urban dengan item-item sederhana—serta bagaimana mereka menjaga proporsi tubuh tetap proporsional tanpa terlihat berlebihan.
Bagaimana Memilih Bahan yang Tepat untuk Jaket Urban?
Pembahasan bahan sering jadi momok praktis: mana yang awet, mana yang nyaman, mana yang ramah kantong. Jaket urban hadir dalam beberapa opsi utama. Pertama, kulit asli. Ya, kulit asli tetap terasa mewah dan tahan lama, namun harganya bisa tinggi dan perawatannya cukup intens. Kedua, kulit sintetis, seperti PU atau PVC, yang umumnya lebih terjangkau, ringan, dan mudah dirawat. Ketiga, kombinasi: denim dengan panel kulit sintetis, canvas dengan detail kulit sintetis—kombinasi yang sering memberi efek kasual tetapi tetap kokoh. Keempat, bahan non-kulit seperti nylon atau polyester dengan finishing matte atau shiny untuk vibe urban yang lebih teknikal. Dalam praktik sehari-hari, banyak orang memilih kulit sintetis karena perawatannya relatif mudah dan tidak menambah beban perut dompet.
Yang penting saat memilih, adalah fokus pada kenyamanan dan fungsi. Cari jaket yang tidak terlalu kaku di dada saat Anda menarik napas, memiliki ventilasi yang cukup, serta lining yang tidak membuat gerah. Untuk cuaca Indonesia yang cenderung lembab, saya lebih suka finishing yang memberi sedikit kemampuan water-repellant tanpa membuat jaket terasa seperti tabung plastik. Jika ingin tahan uap panjang, cari kain yang breathable dengan label khusus; ini membantu menjaga suhu badan tetap nyaman ketika Anda berjalan di pusat kota sepanjang hari.
Perawatan Kulit Sintetis: Apa yang Perlu Kamu Tahu?
Berbicara tentang kulit sintetis, perawatan adalah kunci agar penampilan tetap oke dan umur pakai tidak cepat menurun. Pertama, selektif dalam memilih produk pembersih. Gunakan sabun lembut atau deterjen yang diresepkan untuk kain sintetis. Campurkan sedikit air hangat, lalu usap lembut dengan kain microfiber. Hindari pembersih berbasis minyak yang bisa merusak permukaan atau menyebabkan kilap tidak rata. Kedua, hindari paparan langsung panas berlebih. Sinar matahari atau heater bisa membuat bahan sintetis retak atau kaku seiring waktu. Ketiga, penyimpanan juga penting. Simpan dalam hanger yang lebar agar bentuk jaket tetap terjaga, gunakan cover kain agar tidak lembap, dan biarkan ruang penyimpanan memiliki sirkulasi udara yang cukup.
Saya pernah salah langkah: menyimpan jaket sintetis dalam ruangan yang terlalu lembap, hasilnya bagian dalam cepat menguning di beberapa spot. Dari pengalaman itu, saya belajar untuk menggantung jaket di lemari dengan sirkulasi baik, sesering mungkin meminimalkan lipatan. Untuk bagian yang robek atau warnanya mulai pudar, lakukan perawatan lokal dengan kuas halus dan produk pewarna yang sesuai. Intinya, kulit sintetis murah hati, tetapi kita perlu menjaga sensasinya tetap konsisten: tidak terlalu basah, tidak terlalu panas, dan tidak terlalu sering dicemari oleh bahan kimia keras. Bila perlu, saya juga merekomendasikan evaluasi berkala dari segi warna dan permukaan agar selalu tampak rapi di jalanan.
Kalau ada bagian yang membingungkan soal sumber, saya pernah menemukan referensi yang cukup pas untuk gaya urban: urbanjacketars. Tempat itu sering jadi rujukan visual saat saya mencari potongan-potongan jaket yang bisa dipakai ke berbagai kesempatan. Menggabungkan sumber yang tepat dengan perawatan yang tepat membuat jaket sintetis saya bisa bertahan lebih lama dan tetap terlihat oke untuk foto-foto jalanan berikutnya.
OOTD Jalanan: Inspirasi Gaya yang Mudah Dihasilkan
Gaya jalanan tidak harus rumit. Kadang, satu jaket urban dengan layering yang tepat bisa menjadi cerita tersendiri. Contoh sederhana: jaket kulit sintetis berwarna hitam dipadukan dengan crewneck abu-abu, kaos putih tipis, jeans biru gelap, dan sepatu sneakers putih bersih. Tambahkan aksesori minimal seperti jam sporty atau topi beanie untuk vibe urban yang santai. Jika ingin tampil sedikit lebih “berani”, coba padukan dengan hoodie warna olive, celana cargo, dan sepatu boots perkasa. Efeknya: tampilan yang bertekstur tanpa kehilangan kenyamanan.
Saya suka bereksperimen dengan palet warna netral. Hitam, abu-abu, cokelat, dan olive jadi dasar, lalu sesekali saya tambahkan accent kecil seperti jaket bomber berwarna marun atau tas selempang kecil untuk mengubah focal point. Hal terpenting dalam OOTD jalanan adalah proporsi: pastikan panjang jaket tidak terlalu menutupi siluet, dan sisi bawah celana tidak terlalu banyak terlipat karena bisa membuat orang melihat potongan yang tidak proporsional. Jika Anda baru mulai, mulai dari kombinasi sederhana, lalu tambahkan satu elemen statement—sebuah hood besar, belt metallic, atau sepatu berwarna kontras—untuk memberi karakter. Dan yang paling utama: pakai dengan percaya diri. Karena jalanan adalah panggung, dan Anda adalah aktornya.